Pagi itu tepatnya Sabtu 23 April 2016 ada yang berbeda, bukan hanya mentari bersinar lebih hangat, atau kicauan burung yang tidak mau kalah dengan desingan kendaraan yang berlalu lalang sepanjang perjalanan menuju sekolah, atau berkas-berkas embun yang sebentar lagi akan menghilang sebab waktu yang terus berputar, tapi jangan lupa untuk sebuah kata syukur di hari ini. Sebenarnya bukan tentang itu! pagi ini ku kenakan seragam berbeda, ya! Dengan bangga ku kenakan seragam almamater di sabtu pagi. Sementara di beberapa pandangan berbeda nampak seragam putih abu-abu dengan jas almamater berseliweran dengan raut wajah bahagia. Dari radius yang tidak begitu jauh, gedung megah berdiri kokoh dengan nuansa biru. Jangan salah, itu bukan kerajaan!. Ku pijakkan kakiku di gerbang sekolah, tak lama kemudian deru kereta api melintas, tunggu! nuansa hijau seketika menyita pandangan siapapun. Yaps! Seperti yang ku sampaikan sejak awal bahwa hari ini akan menjadi hari yang melegenda bagi Merah, Biru dan Hijau. Terasa kemeriahan acara Last Ceremony EMERALD. ku langkahkan kaki masuk ke halaman sekolah. kakak-kakak EMERALD sibuk berlalu lalang di antara keramaian pagi. Merah, Biru, Hijau berkumpul jadi satu di latar kampus tercinta. Ku sempatkan menuju kelas untuk sekedar meletakkan tas lalu segera berbaur di tengah keramaian. Upacara Besar akan segera dimulai!
Upacara dimulai dengan khidmat sekitar pukul 07.30. Selang beberapa sesi, tim paskibraka masuk ke area upacara untuk mengibarkan bendera merah putih. Salah satu bagian yang menarik dari upacara pagi ini. Kemudian amanat dari Bapak Kepala Sekolah, pastinya banyak petuah yang beliau sampaikan kepada kakak- kakak EMERALD. Sayangnya Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum tidak bisa menghadiri acara ini. acara kemudian di tutup dengan do'a yang sangat mengharukan. tidak sampai disini, acara yang paling berkesan yaitu saat pasukan paskibraka kembali menuju posisi awal dan membentuk formasi di tengah lapangan. Saat ini pula dibacakan sebuh sajak puisi dan disinilah kakak-kakak paskibraka memberikan setangkai mawar merah sebagai tanda penghormatan kepada bapak dan ibu guru. Suasana haru seketika tercipta. Sebuah sajak-sajak puisi yang tak akan pernah patut mewakili rasa terimakasih atas jasa bapak dan ibu guru selama ini. Di akhir pembaca puisi sebingkai foto kenangan menjadi penutup yang paling menyentuh. sebingkai foto nampak sesungging senyum lepas dari Alm. Bapak Imam. Bukan! Bukan kenangan. Karena sampai kapanpun beliau akan tetap di hati kami. Meski tak ada lagi petuah yang beliau sampaikan tetapi segala nasihat insyaallah akan kami Istiqomahkan. Kak! Meski kini merah biru dan hijau tidak dapat berkumpul, dan akan tergantikan dengan generasi mendatang. Jangan pernah lupa sampaikan kepada mereka bahwa kita punya sosok guru yang begitu bersahaja. Sampaikan kepada kertas putih di hari esok, bahwa ia tak akan pernah menjadi kenangan di masa lalu. Meski suatu saat nanti warna biru merah dan hijau akan terganti, karena memang sudah hakikatnya waktu berganti tapi jangan sampai adik merah menjadi saksi terakhir dari pengabdian beliau. Ceritakan sampai tunas menjadi lapuk dan berganti lagi selagi permata itu masih terus berpendar. Maaf jika selama ini kami menjadi adik yang mungkin pernah mengecewakan.
Kemudian acara dilanjut dengan pertunjukan drama yang dipelopori langsung oleh aktor-aktris EMERALD. Dan ini merupakan sesi yang paling menarik. Tidak hanya itu, pertunjukan seni Reog dari Ponorogo dari angkatan FRATERNITE juga tidak kalah memukau. Ada juga kolaborasi tari daerah dan modern dari angkatan FRATERNITE dan angkatan 22. Jika esok mentari masih berpendar dan angin masih membawa semilir kebahagiaan setidaknya merah, biru dan hijau bukan sebatas tepian warna pada pelangi tetapi segores cerita dari tinta hitam putih pernah tercipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar