Sabtu, 07 November 2015

Setitik Kejujuran

Sang surya masih bertengger elok menyembur birunya langit di atas sana. Seorang laki-laki paruh baya sedang menyeruput secangkir teh manis yang asapnya mengepul di udara. Pemandangan hijau dan angin membelai lembut kulit laki-laki itu. “Ayah... lihat ini!” teriak seorang anak kecil lalu menghampiri laki-laki itu dengan sebutan ayah. Anak itu menyodorkan sebuah koran yang ia bawa. Laki-laki itu mengambil koran dari tangan anaknya. Ia kemudian membaca dengan seksama. Sebuah laman di sebuah surat kabar mengabarkab sosok pemimpin bijaksana dan dekat dengan kehidupan masyarakat. “Gubernur Harapan Rakyat” begitu judu; headline surat kabar tersebut. “Kelak jika kamu dewasa, jadilah pribadi yang berguna bagi bangsa Indonesia” ucap laki-laki itu sembari mengusap rambut anaknya. Ia hanya mengangguk polos, menatap mata biru sang ayah.
                                                                        ****
            Hari ini, Djakarta 08 Desember 1975. Seorang laki-laki bertubuh tegap tengah berbicara pada dirinya sendiri di depan cermin. Sebut saja Pak Warno. Usianya memang tak lagi muda, bahkan mulai menua. Kerutan mata serta kantung-kantung mata terlihat jelas pada wajah Pak Warno. Namun kebijaksanaan, ketegasan serta kharisma beliau tak tergerus usia atau pun waktu. Kediaman beliau tidak mewah bahkan terkesan sederhana. Di salah satu sudut ruang keluarha, tampak sebuah foto dengan bingkai berwarna keemasan. Foto tersebut diabadikan saat pelantikan Walikota Djakarta empat tahun silam. Tidak hanya itu, sebingkai foto dengan sematan toga di atas kepala menjadi saksi bisu bahwa dulu ia pernah mengenyam pendidikan teknik di negeri kincir angin. Dan saat ini Pak Warno menjabat sebagai Walikota Djakarta sekaligus pemilih perusahaan kereta api pertama dan terbesar di Indonesia. Seorang perempuan berkulit putih dan berperawakan keibuan tiba-tiba menghampiri Pak Warno. “Ada tamu Pak!” ucap Bu Aina, istri Pak Warno . “Siapa bu?” Bu Aina hanya menggeleng lalu muncul suara ketukan dari balik pintu yang seakan dibuat lebih keras dari sebelumnya. Pak Warno membuka pintu. “Semua sudah siap pak!” lapor seorang ajudan Pak Warno. “Baiklah” jawab Pak Warno siangkat. “Bapak” panggil seorang anak kecil kemudian menggelayut manja di kaki Pak Warno. Pak Warno hanya mengusap rambut anaknua. Sesimpul senyum dengan bola mata berwarna biry dari wajah sang anak
            Sepekan ini Indonesia sedang gempar dengan pemberitaan mengenai hasil pilkada Djakarta. Media massa mana pun sedang mengusut seluk beluk perkara pada kasus tersebut. Semalam, sebuah stasiun televisi mengabarkan bahwa salah seorang kandidat mengajukan Permohonan Keberatan Hasil Pilkada Djakarta. Sebut saja Pak Joko, ia menilai bahwa hasil tersebut terdapat banyak kecurangan dan terdapat oknum-oknum licik sebagai dalang dari kecurangan tersebut. Pak Joko sedang gencat-gencatnya memperjuangkan permohonannya. Ia sedang memperjuangkan kemenangan yang ia yakini. Nampaknya kebenaran belum menampakkan benang merah. Para aparatur hukum sedang menyelidik kasus ini hingga keakarnya.
            Malam harinya, ketika para penghuni bumi sedang terlelap dalam limbunan selimut tebal dan hanya segelintir mata yang masih terjaga di antara senyapnya kegelapan. Rumah Pak Warno dikejutkan dengan suara bel yang terus bersautan. “Siapa malam-malam seperti ini ingin bertamu pak?” omel Bu Aina sembari melirik jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkanpukul 23.30 WIB. Bu Aina segera beranjak turun menuju ruang tamu, akan tetapi Pak Warno mencegatnya. “Biar bapak saja yang turun bu” BuAina mengangguk.
            “Kreek” seseorang muncul dari balik cahaya remang. “Ada apa malam-malam ingin bertamu?” seseorang membalikkan badan. “Selamat malam Bapak Warno” ucapnya. “Ada apa anda datang Bapak Joko?” Pak Warno memandang enggan kedatangannya. “Bisa kita bicara di dalam?” ajak Pak Joko dengan nada seolah mengejek. Pak Warno menatap sinis setiap langkah dari Pak Wrno. Mereka duduk di sebuah sofa, Pak Joko mengangkat kaki kirinya dengan sombong, ia lalu melihat ke seluruh penjuru sudut ruang tamu. “Ada keperluan apa anda datang kemari?” Pak Warno tampak mulai geram dengan gelagat dari tamunya. Pak Joko hanya diam, ia menyodorkan sebuah koper hitam. “Silahkan anda buka” Pak Warno membuka koper tersebut. Wajahnya tiba-tiba merah padam. Sesaat kemudian, Pak Warno menghempaskan koper itu hingga beradu keras dengan lantai. Menimbulkan suara mengejutkan. “Keluar!!” bentak Pak Warno. Pak Joko menurunkan kaki kirinya. Asap rokok keluar liar dari muluk Pak Joko, membuat Pak Warno semakin geram. Di lantai berhambutan ratusan uang dollar. Pak Joko menepuk-nepuk dada Pak Warno. “ Dengan uang itu anda akan menjadi orang terkaya di negeri ini. Jangan munafik Pak Warno” “Sekarang anda pergi dari rumah saya!! Tidak sudi saya menerima injakan kaki anda! Saya tidak akan pernah menerima uang haram itu. Tidak sudi pula saya berhubungan dengan orang pengecut seperti anda! Sekarang enyah dari rumah saya!!” Kesabaran Pak Warno sudah di ujung.
            “Ini hanya permulaan Bapak Warno. Saya yakin anda akan menerima uang itu” “Sampai saya sekarat pun, tidak akan sudi menerima uang itu! Saya tidak akan membohongi rakyat Indonesia. Saya tidak akan pernah mengkhianati bangsa saya sendiri. Biar aparat kepolisian yang akan menemukan celah kebohonganmu. Permohonan yang kamu ajukan itu hanya bagian dari permainan licikmu, bukan?”
            “Cuih.. Sebentar lagi anda akan segera tahu, resiko apa yang akan anda terima” Ancam Pak Joko. Nampaknya Pak Warno tak terlihat gentar sedikit pun. “Braak” Pak Warno membanting pintu rumahnya. Memperlihatkan keengganannya atas kedatangan Pak Joko.
            Sore harinya, ketika Pak Warno, dan Bu Aina sedang bersantai di ruang keluarga. Bu Aina membuka pembicaraan, “Apa yang telah terjadi semalam Pak?” “Semalam, Pak Joko datang. Ia menyodorkan sekoper berisikan uang kemudian meminta bapak untuk membantunya dalam permohonan yang ia ajukan” “ Ibu tahu, Pak Joko bukanlah orang asing dalam dunia politik. Koleganya tersebar luas baik di pemerintahan atau di kalangan mafia hukum. Kelicikannya memang hal tabu bagi masyarakat umum. Kebohongannya dalam menutupi topeng kemunafikan serta kecilikannya dapat ia perannya dengan baik.   
            Malam harinya, saat Pak Warno baru saja melaksanakan sholat maghrib, tiba-tiba terdengar ketukan lirih. Bu Aina mendengarkan dengan seksama. “Ada tamu Pak!” Pak Warno langsung keruar membukakan pintu. Namun, ia tidak menemui pemilik ketukan itu. Saat hendak menutup pintu, mata Pak Warno menangkap sebuah koper di antara undakan anak tangga. Ia berjalan menghampiri lalu membuka koper tersebut, betapa terkejutnya ketika yang ia dapati berupa ratusan uang dollar. Sekelompok orang muncuk sembari menodongkan pistol. “Siapa kalian?” ujar Pak Warno dang wajah bingung. “Kami dari aparat kepolisia. Anda tertangkap menerima suap” Mereka menyeret Pak Warno sebara paksa. Bu Aina mencoba menjelaskan namun mereka seolah tutup telinga.
            Berhari-hari kasus ini berjalan. Berhari0hari pula penyelidikan terus dilakukan. Semenjak itu media massa nasional terus menyiarkan pemberitaan kasus Pak Warno. Bumbu-bumbu fitnah seolah menjadi racun dari sebagian besar pemberitaan. Dan selama itu pula Paka Warno harus meringkuk di balik jeruji besi sampai penyelidikan tuntas. Hingga tiba waktunya Pak Warno duduk di kursi ruang sidang. Hakim mulai mulai membacakan hasil penyelidikan serta tuntutan. Pak Warno tampak tenang. Hakim memutuskan bahwa Pak Warno tidak terlibat dalam kasusu ini. Tampak rona bahagia dari wajah Pak Warno dan Bu Aina. Setelah persidangan, Pak Warno dan Bu Aina meninggal ruang sidang. Para wartawan terus mengorek sepatah-dua patah kata dari Pak Warno. Namun ia memilih diam.
            Saat sampai di depan pekarangan rumah, Pak Warno dan Bu Aina dikejutkan dengan ratusan orang berdiri di depan rumah mereka dengan suara berteriak. “Ada apa ini bu?” tanya Pak Warno. Pak Warno turun mendatangi mereka. “Ada apa ini?” ratusan orang itu terus berteriak sambil mengacungkan tulisan. Pak Warno mengajak salah seorang dari mereka masuk. Rupanya mereka adalah buruh dari perusahaan kereta api milik Pak Warno. Mereka kenaikan gaji 30%. Pak Warno kaget, ia merasa permintaan mereka sangat tidak wajar. Pak Warno tidak menyutujui permintaan para buruh tersebut.
            Berbulan-bulan kemudian, Pak Warno harus lengser dari masa jabatannya sebagai walikota Djakarta. Headline surat kabar hari ini “Walikota Djakarta Lengser dan Terancam Gulung Tikar”. Beberapa hari terakhir, Pak Warno dan Bu Aina membicarakan nasib perusahaaan kereta api mereka yang telah resmi ditutup dan dicabut dari peredaran. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengirim proposal design kereta api listrik dengan jarak tempuh 80 Km/jam kepada pemerintah Jepang. Pak Warno yakin kerjasama ini akan disambut baik. Proposal telah dikirim, namun perasaan cemas masih bersarang di hati Pak Warno. “Sudahlah pak. Untuk apa kita memikirkan nasib negeri kita sendiri. Sementara negeri ini acuh tak acuh pada pemimpin seperti bapak. Ibu yakin pemerintah Jepang lebih membutuhkan segala hasil pemikiran dan kerja keras bapak” Pak Warno hanya diam seribu bahasa.
            Esoknya sebuah kejadian mengejutkan terjadi. Pagi-pagi buta, Pak Warno menelpon sebuah instansi kereta api di Jepang dan memutuskan untuk menarik kembali proposalnya tanpa membicarakan dengan Bu Aina. Saat itu pula, Pak Warno mengganti pakaiannya dengan sebuah kaaos putih compang-camping dan celana hitam robek sana-sini. Ia pergi dengan bertelanjang kaki mentibak butanya pagi. Ia terus berjalan hingga melewati ratusan kilometer dibawah terik matahari. Keringat mengelucur deras namun tak menghentikan setapak demi setapak langkah yang ia pilih. Ia terus berjalan tanpa sudi untuk berhenti meski hanya sedetik.
            Seorang berteriak dari balik gubuk renyot, “Wahai Bapak Warno! Hendak pergi kemana engkau dengan rupa seperti itu? Semua jabatan serta kekayaanmu telah lenyap. Percuma jika engkau terus berjalan ke arah timur hanya untuk bertemu dengan tikus-tikus negara. Mereka sedang sibuk mencari suapan dari harta rakyatnya” laki-laki itu berhenti berteriak. Dan Pak Warno tak mengindahkan ucapan laki-laki itu.
            Pak Warno berhenti di sebuah gedung pemerintahan. “Wahai pemilik kekuasaan negara, apa jadinya jika negeri terus kau pimpin. Para tikus peringkus uang rakyat terus kau pelihara, orang licik bertopengkan kemunafikan terus kau jaga sementara orang jujur malah tertindas” Pak Warno terus berteriak sembari menghardik pemegang kekuasaan yang seolah tutup telinga.
            Seminggu setelah kejadian itu, Pak Warno dikabarkan wafat. Semua orang di negeri ini mencari kebenaran atas kabar yang beredar. Ya! Pak Warno telah tutup usia akibat serangan jantung. Neger ini seorang berduka! Sebelum wafat Pak Warno sempat mengucapkan pesan terakhir kepada anak semata wayangnya. “Nak, kelak jika engkau dewasa. Jadilah pribadi yang berguna bagi bangsa Indonesia. Teruskan perjuangan bapak. Jangan pernah kecewakan negeri ini meski pun kau telah di khianati”.
                                                                        ****
                    Laki-laki itu menyeruput teh hangatnya hingga habis. Ia menyandarkan badannya lebih nyaman sembari menikmati udara dan pemandangan sore



Rabu, 04 November 2015


Optimalisasi Pemuda Sebagai Generator Utama
 Pertahanan dan Kesatuan Negara Republik Indonesia

oleh : Yasmin Auralia Putri 

“Anak muda itu jangan cuma bisa ngritik. Kalau mau ngritik, harus ada solusi, jadi ada timbal balik. Itu hakikat kemerdekaan, karena tumpuannya ada di anak muda yang kreatif dan inovatif”

           Begitulah ungkapan dari seorang Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal Ahok, seorang Gubernur DKI Jakarta yang terkenal dengan pemikirannya yang kritis. Jika dicermati, ungkapan tersebut merupakan sentilan kepada para pemuda Indonesia. Dijaman modern seperti ini, sangatlah mudah untuk menemukan bagaimana potret kehidupan para pemuda Indonesia. Sungguh ironis jika orang akan mengatakan bahwa “Pemuda saat ini cenderung untuk membuang waktu mudanya dengan hal yang tidak berguna dibanding dengan saling bertukar pikiran dan menghasilkan timbal balik yang berguna bagi bangsa. Terlebih jika kita menengok kebelakang tentang perjuangan para pemuda Indonesa dalam merebut dan memperjuangkan  kemerdekaan.

          Padahal jika disadari bahwa para pemuda saat ini jauh lebih berat tanggung jawabnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Penjajahan secara fisik memang sudah tidak ada tetapi dengan beredarnya produk luar negeri yang lebih mendominasi di pasar dalam negeri merupakan cerminan dari penjajahan di jaman modern. Lebih miris lagi jika kita tahu tingginya angka pengangguran yang didominasi oleh para pemuda, padahal di abad ke 21 ini pemuda Indonesia dituntut untuk mampu menguasai persaingan ketat dalam arus globalisasi. Rendahnya kesadaran dan pendidikan pastinya menjadi faktor yang mendorong lunturnya rasa nasionalisme. Indonesia sudah pernah kehilangan dua pulau yaitu Pulau Sipadan dan Ligitan yang seharusnya sudah melengkapi kebineka tunggal ika dan keanekaragaman Indonesia sebagai negara kepulauan. 

         Sejak dibangku sekolah dasar kita sudah diajari bahwa dalam komponen pertahanan, Tentara Nasional Indonesia merupakan komponen utama yang melaksanakan tugas pertahanan. Akan tetpai TNI tidak akan mampu berdiri sendiri dalam menjaga pertahanan dan kesatuan Negara Republik Indonesia jika masyarakat Indonesia terutama pemuda sebagai calon pemimpin bangsa bersikap acuh tak acuh. Pastinya harus ada kerjasama yang harmonis antara TNI dengan para pemuda Indonesia. Berkaca terhadap negara Korea Selatan yang mewajibkan pemuda di negaranya untuk menempuh dasar kemiliteran yang bertujuan agar pemuda Korea Selatan siap membela negaranya sewaktu-waktu. Dan akan menjadi poin tambahan bagi Indonesia akan tingginya angka penduduk di Indonesia, otomatis jika masyarakat Indonesia terutama pemuda memiliki kesadaran penuh akan perannya dalam menjaga pertahanan dan keutuhan bangsa ini akan dapat menjadi tameng yang kuat dari serangan baik dalam maupun luar. 

     Belajar dari hal itu, memalui adanya kewajiban dasar kemiliteran, menumbuhkan kesadaran melalui peningkatan pada bidang pendidikan serta peran aparatur negara dengan cara terjun langsung kepada kalangan para pemuda akan pentingnya peran pemuda dalam menjaga pertahanan dan keutuhan tanah air dapat menjadi solusi dalam hal ini.
        Dapat kita simpulkan bahwa peran pemuda dalam menjaga pertahanan dan kesatuan bangsa Indonesia sangatlah penting. Lajunya bangsa ini kelak akan dipimpin oleh pemuda saat ini. Jadi sudah sepatutnya para pemuda Indonesia menyadari akan perannya dalam negeri ini. Jiwa Nasionalisme harus tetap dijaga demi keutuhan bangsa ini.  

Rabu, 14 Oktober 2015

Kebakaran Riau, Salah Siapa ?
Oleh :Yasmin Auralia Putri

"Apalagi anak-anak saya masih kecil. Daripada tiap hari menghirup asap kotor, saya memilih mengungsikan mereka ke rumah orang tua sementara waktu menunggu kondisi asap membaik,"

    Begitulah ungkapan salah seorang korban asap Riau saat diwawancarai sebuah stasiun tevelisi. Miris mendengarnya. Sejak dua bulan terakhir asap pekat memenuhi langit Riau hingga tidak ada lagi semburat biru bercampur jingga di langit. Udara bersih seakan menjadi hal yang mahal saat ini. Keadaan memprihatinkan hingga akhirnya ditetapkan status darurat menyoyak hati siapapun. Tidak hanya di Provinsi Riau, Sumatera, Kalimantan tapi kabarnya asap sudah meluas hingga ke Sulawesi Utara dan Sulawesi Barat bahkan meluas hingga ke Singapura dan Malaysia. 

          Saat ini sudah ditemukan kurang lebih 59 titik api di Kotabaru. Untuk mengatasi hal ini, Malaysia, Singapura dan beberapa negara mengirimkan bantuan untuk memadamkan api di bebeapa titik, akan tetapi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tidak bisa memastikan kapan api padam secara menyeluruh. Mengingat banyaknya titik api dan banyaknya lahan yang terbakar. Kabarnya, meskipun di beberapa titik api sudah berhasil di padamkan tetapi asap tak kunjung henti keluar dari dalam tanah. Kabut asap tersebut menyebabkan penderita infeksi saluran pernafasan terus bertambah. Sekolah-sekolah banyak yang diliburkan bahkan beberapa aktivitas sempat terganggu akibat pekatnya asap dan buruknya kualitas udara. BNPB terus berusaha dan bekerja semaksimal mungkin untuk menangani masalah ini. 

            Sebuah berita di media massa melansir mengenai kondisi yang dialami masyarakat yang berada di daerah setempat. Mereka mengatakan bahwa kabut asap benar-benar menggangu aktivitas mereka, kondisi udara yang buruk, hingga banyaknya keluarga yang akhirnya memutuskan untuk mengungsi ke luar kota karena khawatir akan terserang ISPA. Sementara di tempat yang berbeda, sejak Senin lalu Polri telah menetapkan 221 perusahaan dan perorangan sebagai tersangka kasus pembakaran hutan. Kejadian ini pastinya mengundang banyak perhatian dari masyarakat Indonesia. Salah satunya, banyak masyarakat yang ikut berpartisipasi menyuarakan nasib Riau. Menyuarakan mengenai solusi yang cepat dan tepat untuk kejadian ini.  

              Jika sudah seperti ini tidak perlu saling tuding siapa dalang dari permasalahan ini. Karena pada kenyataannya kebakaran seperti ini bukan pertama kalinya terjadi di Riau. Ketika api sudah menjadi asap, sepatutnya sudah menjadi evaluasi bersama dan intropeksi masing-masing. Jangan terlalu mudah terpancing emosi sehingga dengan mudah muncul argumen-argumen yang tidak sepantasnya. Saat ini pemerintah sedang berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi kebakaran ini. Peran pemerintah beserta jajarannya diharapkan mampu menangani masalah kebakaran ini. Akan tetapi pemerintah tidak akan berjalan sempurna tanpa peran masyarakat yang ikut berpartisipasi menangani kasus ini. 
             
             Kerjasama yang baik antara pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia diharapkan mampu menjadi solusi jitu dalam kasus ini. Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kecintaan pada lingkungan serta rasa saling memiliki terhadap lingkungan perlu ditingkatkan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara penyuluhan terhadap masyarakat Indonesia.  Tidak lupa pemerintah juga harus tegas dalam menjalankan hukum sesuai dengan pasal-pasal yang berlaku. Sehingga timbul efek jera. Jika pemerintah dan rakyat Indonesia sudah dapat membangun sebuah kerjasama yang baik, serta masyarakat dapat menjaga lingkungannya dan tindakan hukum dapat diterapkan dengan baik diharapkan tidak akan ada lagi kisah Riau selanjutnya.       


Selasa, 06 Oktober 2015

Kamu Berhasil

Aku tidak menduga kamu tiba-tiba hadir
Aku tidak menyangka kamu berhasil mengetuk pintu hatiku 
Pintu yang selama ini ku tutup rapat-rapat
Kamu berhasil mencuri perhatianku
Perhatian yang selama ini selalu ku alihkan pada kesibukannku 

Kamu berhasil mencuri kunci itu!
Tanpa kamu sadari, seringkali kau membuatku kesal sendiri
Pagi itu kamu melintas di depan mataku

Tetaplah di situ dan jangan pernah beranjak pergi
Aku menyimpanmu dalam diamku
Namun bukan berarti aku menyukaimu dalam kebisuanku. 
Aku percaya pada janji Allah 
Bahwa orang baik akan dipertemukan dengan orang yang baik pula
Aku akan mendoakanmu di sepertiga malamku
Dan kau tetap berikhtiyar di atas sajadah panjangmu

Saat ini aku sedang menutup dan menjaga diriku
Aku sedang memperdalam ilmuku
Aku sedang menyempurnakan agamaku

Hingga saatnya nanti aku akan berbicara pada dunia tentangmu 
Suatu saat nanti
Bersabarlah!

Minggu, 04 Oktober 2015

Selamat Jalan Guru Terbaik Unggulan

        Hari ini, 05 Oktober 2015. Duka masih saja menyelimuti seluruh civitas DU2 hingga siang ini. Bagaimana tidak? Sosok yang begitu menenangkan, sosok yang bergitu berwibawa, sosok yang biasanya tidak pernah henti untuk mengingatkan sholat kepada murid-muridnya tiba-tiba saja dikabarkan berpulang ke rahmatullah. Ya! Bapak Imam Sugioto hari ini dipanggil oleh sang maha khalik. Memang masih terasa mimpi. Namun umur manusia memang tidak ada yang pernah tau.

   كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا وَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ الْقِيَامَةِ يَوْمَ 
Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”. (Surat Ali `Imran: 185).

      Pagi tadi aktivitas berjalan seperti biasa, tidak ada firasat apapun. KBM pun berjalan seperti biasa. Namun sekitar pukul 08.00 tersiar kabar bahwa bapak imam telah berpulang. Kontan seisi sekolah heboh. Berhamburan keluar kelas memastikan kabar tersebut. Hingga akhirnya Pak Nanang dengan berat hati mengabarkan bahwa Pak Imam pagi ini telah berpulang ke hadapan sang maha kuasa. Air mata tidak dapat dibendung lagi. Pagi ini SMA Darul Ulum 2 kehilangan sosok yang begitu luar biasa. Pembacaan yasin dan tahlil segera berkumandang di speaker tiap kelas. Air mata terus mengelucur tak ada hentinya. Bu Hanik mengabarkan bahwa Pak Imam sempat jatuh di kamar mandi tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah. Masih teringat jelas, sabtu dua hari yang lalu, aku masih melihat Pak Imam berdiri gagah diantara kerumunan siswa. Dan hari ini aku sadar itu perjumpaan terakhir dengan beliau. Detik ini, dan bahkan detik-detik selanjutnya tidak akan ada lagi sosok beliau di sini. Tidak akan ada lagi petuah-petuah dari beliau yang berhasil meneduhkan hati siapa pun.

Ya Allah . . .

Jika ini memang takdir terbaikmu untuk kami
Kami ikhlas menerimanya
Kami ikhlas merelakan sosok yang begitu luar biasa harus berpulang menghadapmu
Kami tahu bahwa apa yang ada di dunia ini milik-Mu
Dan Kami tahu bahwa setiap orang akan kembali menghadapmu
Akan tetapi kami memohon kepadamu
Tempatkanlah beliau diperistirahatan terbaik
Ampunillah segala dosa-dosa beliau
Tempatkanlah beliau ke dalam surgamu Ya Allah

Amin . . . 




















Minggu, 26 April 2015

Sang Mega Merah

     Kemarin mentari kembali bersinar hangat di minggu pagi. Ku langkahkan kakiku menuju kampus biru. Tetesan embun masih nampak di antara hijaunya dedaunnya. Minggu ini tak ku kenangan seragam coklat seperti biasa. Seragam putih, rok abu-abu dan jas kebanggaan, ku kenakan di minggu pagi. Dari kejauhan nampak kampus biru berdiri megah di tengah hamparan sawah dan sesekali terdengar deruan kereta api. Dari gerbang sekolah sudah terlihat kemeriahan dan kemegahan acara Last Ceremony TRAVER. Pernak-pernik serba merah berpadu dengan kampus biru. Aku melangkahkan kaki masuk ke halaman sekolah. Kakak-kakak TRAVER sibuk berlalu lalang di antara keramaian pagi ini. Biru, hijau dan merah berkumpul jadi satu di latar kampus tercinta. Aku dan teman-temanku menyempatkan diri masuk ke kelas, sekedar meletakkan tas lalu kembali berbaur di tengah keramaian. Upacara akan segera di mulai, semua civitas DU2 segera bergegas menempati posisi masing-masing. Upacara dimulai!  Suasana pun berlangsung khidmat. Satu hal yang paling berkesan dari upacara kemarin yaitu saat pasukan paskibraka TRAVER tampil dan mempersembahkan seikat bunga sambil berlutut di depan guru-guru dengan formasi lambang TRAVER kemudian terdengar lagu Hymne guru berkumandang. Seketika suasana berubah menjadi haru. Tidak terasa bahwa kemarin hari terakhir mereka di sini. Setelah itu mereka akan bertemu dengan hal baru, bertemu dengan jalan yang baru. Ku sapu pandanganku sekekeliling. Senyum haru menghias. Satu hal yang dapat kupetik dari kisah haru itu. TRAVER begitu berkesan di mata guru-guru. Kegigihan mereka, semangat mereka menjadi kisah abadi dalam sejarah kampus merah muda dan kampus biru. Mereka kakak merah kebanggaan kami. 


Kelak jika kalian telah suskses nanti. Pulanglah sejenak kemari. Bukalah lembaran kenangan yang pernah kita bingkai di kampus biru ini. Ingatlah bahwa tangan ini pernah saling bergandengan bersama. Ingatlah bahwa kaki ini pernah saling beriringan bersama. Ingatlah bahwa kita pernah dipertemukan untuk menjadi saudara. Dan sampai kapan pun selamanya akan tetap begitu. Meski kita tak seutuhnya berada dalam satu gedung yang sama. Berada dalam satu naungan yang sama, tapi kalian tetap menorehkan sejuta kesan yang akan kita kenang selamanya. Jika kemarin kami pernah menjadi adik yang mengecewakanmu. Jika dulu kami pernah menyakitimu. Itu semua tidak lepas dari kodrat kita sebagai manusia yang penuh khilaf. Terimakasih sudah menjadi kakak, terimakasih sudah menjadi panutan, terimakasih atas semua yang telah kalian berikan. Selamat jalan Sang Mega Merah. Teruskahnlah perjuangan kalian yang telah Allah persiapkan. Ku tunggu kalian jika petang akan berganti malam. Teruslah menghiasi bumi dengan warna indah kalian. Pertemuan memang tercipta untuk dipisahkan. Esok, jika mata ini tidak akan pernah saling bertemu. Ceritakan pada dunia bahwa merah, hijau dan biru bukan hanya sekedar warna dalam lukisan saja. Tetapi kita pernah bersama-sama meraih mimpi di kampus kita tercinta. Ku titipkan do'a terbaikku untuk kesuksesan kakak TRAVER. WE LOVE TRAVER 





Jumat, 03 April 2015

This is My Story :)

Haii gaess, ketemu lagi dengan gue penulis unyu yang lagi pusing sama tugas *ehem sok sibuk* Kali ini gue *sok gaul* kali ini aku ingin sedikit membagi cerita tentang kehidupanku setelah di pondok pesantren. Tentang nikmatnya kuasa Allah, tentang rasa syukur yang tak henti terucap dan tentang hikmah dibalik segala rencana Allah :) 


Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18).


Sekitar satu tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas 9. Saat-saat dimana hari-hariku disibukkan dengan seabreeek ujian, mulai dari ujian praktek, try out yang datang silih berganti, hingga akhirnya UNAS pun berlangsung, Entahlah, aku sudah melupakan segala tetekbengek tentang ujian di kelas 9 
-_- Di sela-sela ujian, sesekali aku mencari informasi tentang SMA" yang ada di Surabaya. Jujur niat awalku sekolah disalah satu SMA Islam di Surabaya. Dan sepertinya surat ijin melanjutkan ke sekolah tersebut sudah ku genggam. Namun tiba-tiba kedua orang tuaku berubah pikiran. Saat mereka tahu bahwa di sana tidak difasilitasi asrama sekolah, So intinya aku harus ngekos. Awalnya aku kecewa sampek nangis -_- ketika ku sodorkan formulir pendaftaran yang ku dapat dari internet. Ibuku malah menggeleng tidak menyetujui. Alasannya aku anak perempuan dan aku tahu mereka terlalu khawatir jika aku berada di dalam hingar bingar kehidupan di Surabaya. 

Dan suatu hari "Sudah, ke Dalum Ulum saja. Sekolah di Darul Ulum 2. Sekolahnya terjamin, agamanya pun juga. Disana juga ada kakak kelasmu. Anak temennya ibu alumni sana, sekarang sudah sukses. Jadi asisten dosen" begitulah ucapan ibu yang saat ini masih ku ingat. Aku hanya menghela nafas lalu mengangguk berat. Setelah itu aku mencoba untuk browsing lagi tentang Darul Ulum. Tentang semua yang ada disini. Lambat laun waktu pun bergulir. Aku terus menggali semua informasi yang ada disini, Pada akhirnya. aku menyetujui keputusan orang tuaku. "Insyaallah, ridha orang tua itu juga ridha Allah" Aku juga sudah bertekat ini niatku, dan sama sekali tidak ada unsur paksaan dari orang tua. 

Singkat cerita Ujian Nasional akhirnya telah terselenggara dengan lancar. Hanya tinggal menunggu hasil, kemudian mempersiapkan langkah selanjutnya untuk masa depanku. Setelah unas aku dan kedua orang tuaku berinisiatif untuk berkunjung ke bumi Darul Ulum. Sekedar jalan-jalan sekaligus menggali informasi dan mencari asrama. Singkat cerita, sekitar H-7 pengumuman kelulusan aku harus mengikuti beberapa bimbingan belajar di asrama untuk mempersiapkan segelumit tes masuk SMA Darul Ulum2. Yang lebih membuatku sedih yaitu ketika aku tidak bisa hadir dalam acara Kelulusanku. Ketika semua teman-temanku bisa berkumpul bersama, mempersembahkan senyum terbaik mereka di detik-detik terakhir kebersamaan kami. Namun sayangnya aku harus berada sangat jauh dari mereka. Aku hanya bisa bersabar dan selalu mendoakan mereka. Bahwa perpisahan ini bukanlah akhir :) Kelak kita akan merangkai kembali rajutan persahabatan kita. Bergandengan tangan kembali, Berjalan beriringan kembali. Berbagi suka duka kembali. Disela-sela acara ternyata Allah memberikan kejutan sekaligus nikmat yang luar biasa padaku. Dan ini adalah kerja kerasku selama 3 tahun menjadi siswi SMP. 

Hari terus bergulir hingga detik ini. Disini ku temuai banyak hal. Teman baru, orang-orang baru, pengalaman baru, Dan banyak hal. Tidak bisa dipungkiri seringkali aku masih teringat akan kedua orang tuaku, Teringat akan kebersamaanku bersama sahabat-sahabatku. Tetapi aku yakin. Ini jalanku, Ini jalan hidupku. Aku yakin semua akan indah di akhir nanti. Suatu saat aku akan membahagiakan kedua orang tuaku, dengan cara ini aku bisa menggapai semua itu. Dan detik ini satu hal yang membuatku sangat bersyukur adalah ketika aku sadar aku mampu berdiri tegap di Bumi DARUL ULUM. Nikmat yang Allah berikan begitu luar biasa padaku. Kadang aku teringat "Apa jadinya jika aku berada di tengah-tengah pengaulan remaja di luar sana. Ketika semua terasa tanpa ada batas dan penghalang. Disini aku belajar tentang banyak hal, tentang kehidupan, dan disini pula aku akan menemukan siapa diriku sebenarnya. Jalan ini yang akan mendewasakanku. 

Aku belajar untuk selalu menjaga pandanganku, memperbaiki diri ku sendiri. menyempurnakan agamaku. Disini aku belajar untuk selalu berhati-hati dalam bertindak, berhati-hati dalam berbicara. Karna ini aku hidup dengan banyak orang, dengan banyak pemikiran dan dengan banyak ucapan. Aku belajar untuk menahan egoisku, menahan semua amarahku. Aku belajar dari banyak orang yang telah ku temui disini. Belajar bagaimana saling memahami sifat satu sama lain. Bahkan aku juga belajar menahan semua inginku dan lebih baik diam. Aku belajar bagaimana merajut mimpiku sendiri. Aku kadang berfikir, jika dulu aku lebih memilih keegoisanku, mungkin aku tidak akan seperti ini, Aku tidak akan mungkin menulis cerita ini pada kalian. Nikmat Allah begitu luar biasa, Nikmat dibalik ridha orang tua, nikmat dibalik air mataku. Aku belajar menata niatku. Aku pun yakin aku bisa menggapai semua cita-citaku di sini. Di Bumi DALUM ULUM. 

Aku juga percaya, setelah ini akan banyak hal yang akan ku temui. Dibalik itu semua pasti ada rencana Allah yang jauh lebih indah dari pada rencanan mahluknya :) 

Sebenarnya tujuanku menulis cerita ini hanya sekedar berbagi gaess :) Temukan siapa kalian. Temukan siapa jadi diri kalian. Di sini, di Bumi DALUL ULUM :)


Minggu, 08 Maret 2015

Semangat Penulis Produktif Di Abad 21

"Semua penulis akan meninggal. Hanya karyanya-lah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat"


        Begitulah ungkapan sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib. Setelah membaca kutipan di atas, apa yang kalian fikirkan tentang penulis? Seseorang yang hobi menulis, atau seseorang yang bergelut dalam bidang jurnalistik, mereka yang berkutat dengan syair indah melalui rangkaian kata-kata, atau bahkan seseorang yang ada di balik suksesnya sebuah karya layar lebar. Semua orang berhak beropini menurut pemikirannya masing-masing. Namun satu hal yang selalu ada pada diri seorang penulis, yaitu mereka selalu berusaha menuangkan segala sesuatu yang berkecambuk pada otak dan hati mereka dalam sebuah lembaran kertas putih.
        
        Pada abad ke 21 ini, semua terknologi sudah dapat diakses secara mudah. Mulai dari kita membuka mata sampai kita terlelap kembali. Teknologi sangat berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari. Kemajuan tersebut dapat kita manfaatkan sebagai wadah untuk menuangkan ide-ide atau opini yang ada dalam pikiran kita. Tentunya tetap sesuai dengan etika yang berlaku. Media massa, blog, atau yang lainnya dapat menjadi penyalur pemikiran kita dan tidak harus bepaku dalam lembaran kertas putih saja. Saat ini sudah banyak penulis yang sukses  melalui tulisannya di media massa atau blog. Penulis-penulis tersebut dapat menginspirasi kita untuk terus semangat dan berkarya. 

        Di jaman berteknologi seperti sekarang, sering kita jumpai para penulis produktif dari kalangan remaja yang sudah menerbitkan karyanya hingga banyak diminati pembaca. Mereka menyempatkan diri untuk menyalurkan semua ide-ide mereka di tengah padatnya aktivitas sekolah. Namun masih ada pula segelintir dari kita yang masih berpangku tangan melihat kesuksesan orang lain. Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka memiliki bakat dan kesempatan yang sama dengan penulis produktif lainnya. Akan tetapi mereka belum menemukan cara untuk menyalurkan ide-ide mereka. Meski pun sudah kita tahu bahwa teknologi saat ini sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Atau ada juga mereka yang kurang percaya diri terhadap tulisan-tulisan mereka dan menganggap kegagalan serta persaingat sudah di depan mata. Padahal di balik puluhan bahkan ribuan kegagalan merupakan awal dari sebuah kesuksesan. 

        Kadangkala segelintir orang bertanya, "Bagaimana mendapatkan ide-ide kreatif?" Pertanyaan tersebut biasanya muncul dari mereka yang mengaku sulit mendapatkan ide. Ide-ide kreatif sebenarnya sangat mudah didapat. Tergantung kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar. Ide-ide kreatif dapat kita temukan dari hal sederhana di sekitar kita, kemudian dikemas semenarik mungkin, tidak seperti tulisan kebanyakan sehingga diminati oleh pembaca. 

        Semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Namun tidak semua orang mempunyai semangat yang sama. Lalu mau sampai kapan generasi muda terus berpangku tangan dan bermalas-malasan dengan kecanggihan terknologi di abad 21? Menulis tidaklah sulit. Hanya bermodalkan selembar kertas dan sebuah bolpoin bukan? Temukan potensi kalian lalu wujudkan menjadi sebuah kebanggaan. Ingat, Indonesia di masa mendatang berda di tangan generasi muda saat ini!


Oleh    :    Yasmin Auralia Putri 

Rabu, 04 Februari 2015

SUNSET


Hai :) Pertama kalinya aku ngepost foto di blog =D
Kenalkan mereka :) Teman-teman sekaligus keluarga kedua di sekolah {} 
Dari jam 06.30 sampek 16.30 sama-sama terus {} 


Sebenernya sih ini praktek ngebatik, Eh malah selfie" -__-"


Ada Pristy, Peggie, Ayu, Valena, Ipel, Qonita, Penik :D, Selly dan aku :)


Ini lagiii :D

Sabtu, 03 Januari 2015

Bolehkah aku meminta?

Esok mungkin matahari akan kembali datang . . . 
Akan kembali bersinar indah . . .
Atau mungkin hujan akan kembali turun . . .
Dengan rinainya yang akan menyejukkanmu . . .
Dan bulan akan kembali berpendar sempurna . . .
Bersama harapanmu yang kau untaikan kepada-Nya . . .

Namun . . .

Perasaanku sudah tak lagi sama . . .
Maaf :"(
Aku terlalu takut untuk mengatakan ini . . .
Aku terlalu . . .

Aku tau pengorbananmu selama ini . . .

Aku tau perasaanmu . . .
Aku tau waktu yang telah kau sisihkan hanya untuk menungguku . . .
Menungguku yang terlalu egois untukmu!!

Aku hargai dengan semua keputusanmu . . .

Aku hargai semua janji yang pernah kau ucapkan dulu . . .
Manusia hanya bisa berjanji dan berusaha . . .
Namun takdir? Takdir bisa berkhianat!

Aku memang terlihat sebagai orang egois!

Orang yang tak pernah punya hati
Atau entahlah . . .
Kamu boleh marah padaku . . .

Namun satu hal yang perlu kau tau . . .

Bahwa aku kehilanganmu . . .
Aku kehilangan sosok yang dulu selalu membuatku nyaman . . .
Yang selalu menjadi tawa di hariku . . .

Bolehkah aku meminta kali ini saja?

Untuk yang terakhir kalinya . . .
Setelah ini kamu boleh pergi, kamu boleh menghujatku . . .



Berhentilah untuk selalu menungguku . . .

Aku mohon mulailah sesuatu yang lebih baik . . .
Cukup kenangan jadikan kita pelajaran . . .
Sikapmu membuatku semakin tidak nyaman . . .
Membuatku semakin merasa bersalah . . .
Aku tau semuanya!! Aku tau kamu telah menungguku selama ini . . .
Namun, perlu kamu tau . . .
Aku berhak berubah menjadi lebih baik dari masa lalu . . .
Aku berhak melanjutkan hidupku dengan langkahku sendiri . . .
Hidup ini pilihan . . .
Termasuk pilihanmu setelah kamu membaca tulisan ini . . . .

Mulailah sesuatu yang lebih baik . . .

Aku yakin kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik . . .
Tata kembali niatmu . . .
Lillahita'ala :)

Hubungi aku sebagai temanmu . . .

Atau sebagai sahabatmu . . .
Dan aku, akan bersedia meluangkan waktuku untuk mendengarkan ceritamu . . .
Sama seperti teman-temanku yang lain :)

Maaf . . .


Bolehkah aku meminta? Kali ini saja? Bahkan ini yang terakhir kalinya aku merepotkanmu . . .