Kamis, 19 Mei 2016

Hai!

Sebuah ujung ranting yang jatuh. 
Sebab angin yang menerbangkannya. 
Kemudian tersaduk kepupusan sampai ia menjadi remas. 
Sebuah salam penuh harap di ujung senja sampai ia bertemu pagi.
Hai pemilik pagi. Aku menantimu disela embun yang mulai membias. Sebuah rasa yang mulai tak bisa ku eja sekalipun dengan akal rasional. 
Sebuah pertemuan yang tak pernah ku duga sebelumnya. 
Sebuah percakapan yang tak pernah ku inginkan sebelumnya
Lantas, mengapa Zat pemilik skenerario begitu merahmati sebuah kejutan yang tak pernah terpikirkan?
Hingga suatu malam sebuah ketakutan sempat terlintas, sebab ia mulai dicerca oleh akal egois.
Jika Zat pemilik skenario begitu merahmati sebuah kejutan, lantas patutkah aku untuk meminta agar sudi untuk dicabut. Pantaskah seperti itu?
Hai pemilik malam. Kali ini aku sedang mematung berdiri diantara celah-celah jendela yang menyebarkan udara di setiap hempasannya, hanya saja terasa begitu dingin. Yang tak perlu lagi disinari lampio-lampion indah agar menjadi terang, sebab sudah ada bulan dengan ribuan cahaya bintang
Jika cerita ini tak sekedar sebuah rahmat yang begitu diberkahi. Maukah engkau mengusik penantian disetiap malamku? Agar aku tak begitu iri pada bulan yang harus ditemani bintang. 

Selasa, 10 Mei 2016

Akankah?

Hai malam yang sedang diguyur hujan deras
Kali ini aku tengah termanggu di sebuah latar gelap 
Namun seperti sedang berjalan sendiri hingga tak terdengar dentuman langkah sendiri
Aku seolah berjalan dengan sekeping hati, yang sekeping lagi telah kau remas hingga menjadi ribuan serpihan luka yang tak terobati
Sejak itu tak ada kata yang lebih kejam dari sebuah ucapan "Selamat Tinggal"
Yang tak hanya meninggalkan sebuah kekalutan mendalam
Dan waktu menjadi ribuan hal yang harus ku lalui hingga dia menjadi kenangan 
Aku menjadi seorang diri 
Menyusuri ribuan waktu 
Hingga pagi terus berganti malam 

Hingga suatu waktu 
Tuhan menakdirkanmu 
Entah dimana menjatuhkanmu 
Yang ku ingat, kau datang saat kekalutan itu tengah menyelimuti 
Hingga aku tak pernah lagi bersalaman dengan indahnya senja
Namun keyakinanku berbisik, kau datang diantara nadiku. 
Kau seakan mengembalikan serpihan luka yang ku tinggalkan

Lantas, jika suatu saat aku harus pergi dengan membawa sekeping hatimu.
Akankah kau mencariku?
,

Sabtu, 07 Mei 2016

Tetaplah Bersinar Permata

         Pagi itu tepatnya Sabtu 23 April 2016 ada yang berbeda, bukan hanya mentari bersinar lebih hangat, atau kicauan burung yang tidak mau kalah dengan desingan kendaraan yang berlalu lalang sepanjang perjalanan menuju sekolah, atau berkas-berkas embun yang sebentar lagi akan menghilang sebab waktu yang terus berputar, tapi jangan lupa untuk sebuah kata syukur di hari ini. Sebenarnya bukan tentang itu! pagi ini ku kenakan seragam berbeda, ya! Dengan bangga ku kenakan seragam almamater di sabtu pagi. Sementara di beberapa pandangan berbeda nampak seragam putih abu-abu dengan jas almamater berseliweran dengan raut wajah bahagia. Dari radius yang tidak begitu jauh, gedung megah berdiri kokoh dengan nuansa biru. Jangan salah, itu bukan kerajaan!. Ku pijakkan kakiku di gerbang sekolah, tak lama kemudian deru kereta api melintas, tunggu! nuansa hijau seketika menyita pandangan siapapun. Yaps! Seperti yang ku sampaikan sejak awal bahwa hari ini akan menjadi hari yang melegenda bagi Merah, Biru dan Hijau. Terasa kemeriahan acara Last Ceremony EMERALD. ku langkahkan kaki masuk ke halaman sekolah. kakak-kakak EMERALD sibuk berlalu lalang di antara keramaian pagi. Merah, Biru, Hijau berkumpul jadi satu di latar kampus tercinta. Ku sempatkan menuju kelas untuk sekedar meletakkan tas lalu segera berbaur di tengah keramaian. Upacara Besar akan segera dimulai!

Upacara dimulai dengan khidmat sekitar pukul 07.30. Selang beberapa sesi, tim paskibraka masuk ke area upacara untuk mengibarkan bendera merah putih. Salah satu bagian yang menarik dari upacara pagi ini. Kemudian amanat dari Bapak Kepala Sekolah, pastinya banyak petuah yang beliau sampaikan kepada kakak- kakak EMERALD. Sayangnya Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum tidak bisa menghadiri acara ini. acara kemudian di tutup dengan do'a yang sangat mengharukan. tidak sampai disini, acara yang paling berkesan yaitu saat pasukan paskibraka kembali menuju posisi awal dan membentuk formasi di tengah lapangan. Saat ini pula dibacakan sebuh sajak puisi dan disinilah kakak-kakak paskibraka memberikan setangkai mawar merah sebagai tanda penghormatan kepada bapak dan ibu guru. Suasana haru seketika tercipta. Sebuah sajak-sajak puisi yang tak akan pernah patut mewakili rasa terimakasih atas jasa bapak dan ibu guru selama ini. Di akhir pembaca puisi sebingkai foto kenangan menjadi penutup yang paling menyentuh. sebingkai foto nampak sesungging senyum lepas dari Alm. Bapak Imam. Bukan! Bukan kenangan. Karena sampai kapanpun beliau akan tetap di hati kami. Meski tak ada lagi petuah yang beliau sampaikan tetapi segala nasihat insyaallah akan kami Istiqomahkan. Kak! Meski kini merah biru dan hijau tidak dapat berkumpul, dan akan tergantikan dengan generasi mendatang. Jangan pernah lupa sampaikan kepada mereka bahwa kita punya sosok guru yang begitu bersahaja. Sampaikan kepada kertas putih di hari esok, bahwa ia tak akan pernah menjadi kenangan di masa lalu. Meski suatu saat nanti warna biru merah dan hijau akan terganti, karena memang sudah hakikatnya waktu berganti tapi jangan sampai adik merah menjadi saksi terakhir dari pengabdian beliau. Ceritakan sampai tunas menjadi lapuk dan berganti lagi selagi permata itu masih terus berpendar. Maaf jika selama ini kami menjadi adik yang mungkin pernah mengecewakan. 
Kemudian acara dilanjut dengan pertunjukan drama yang dipelopori langsung oleh aktor-aktris EMERALD. Dan ini merupakan sesi yang paling menarik. Tidak hanya itu, pertunjukan seni Reog dari Ponorogo dari angkatan FRATERNITE juga tidak kalah memukau. Ada juga kolaborasi tari daerah dan modern dari angkatan FRATERNITE dan angkatan 22. Jika esok mentari masih berpendar dan angin masih membawa semilir kebahagiaan setidaknya merah, biru dan hijau bukan sebatas tepian warna pada pelangi tetapi segores cerita dari tinta hitam putih pernah tercipta.







































































Selasa, 03 Mei 2016

Lagi Kangen

Ceritanya gue lagi sibuk persiapan ujian cambridge besok dan niat ga on sosmed eh, habis intensive rasanya buuooseen buaanget *ini alay* rasanya jenuh, males mikir dan kangen rumah ðŸ˜‚



Minggu, 01 Mei 2016

Tak Apa

Tak apa jikalau kau tak menyukaiku
Aku tak sempurna, bahkan terkesan ganjil di tengah kesempurnaan
Terkesan ganjil di tengah luasnya samudera
Tak apa, sebab harusnya engkau yang membuatku genap
Sebab engkau yang seharusnya menyempurnakan

Kodrat Manusia

Hai, senja yang kini diantara dua dimensi 
Masih ingatkah engkau pada kenangan yang pernah kita bingkai bersama?
Atau engkau sudah lupa, sebab ia tergerus waktu
Masih ingatkah engkau pada sajak cerita yang pernah kita tulis bersama?
Atau engkau sudah lupa, sebab ia tertutup debu dan menjadikannya usang
Masih ingatkah engkau akan kebahagiaan yang pernah kita ciptakan 
yang saling berjanji menyimpannya di antara ruang waktu dan jarak
Atau kini kau telah lupa sebab hilang di rampas masa
Tak apa, karena L U P A merupakan kodrat manusia bukan?
Tak apa pula jika saat ini aku tengah R I N D U, sebab rindu merupakan kodrat manusia.

Sabtu, 30 April 2016

Kenangan

Waktu itu aku tak sengaja menemukan senyummu
Diantara ramainya sayup-sayup kicau burung
Di sela setetes embus yang kemudian menghilang sebab mentari
Kamu tau, saat itu juga otakku kacau
Lamunanku buyar
Memoriku kemudian menyimpan sebingkai senyummu
Hingga kini, masih tertutup rapat di celah-celah perasaanku
Maaf . .