Minggu, 20 Juli 2014

Pohon Tak Berakar

~Seakan baru kemarin kita bisa mendengar kicauan burung bersama . . .
Seakan baru kemarin kita rasakan setetes embun pagi di satu tapakan yang sama . . .
Dan seakan baru kemarin kita nikmati rintikan hujan di satu naungan yang sama . . .
           
            ~ Hari ini semua seakan hilang . . .
            Awan tak bergeming menyaksikan derai air mata kita . . .
            Burung-burung pun ikut murung hilang di telan bumi,
            tak menampakkan kicauan indahnya . . .
            Tak bisa ku lukiskan bagaimana perasan ini ketika harus melepas
            Bapak . . .
            1095 hari kenangan demi kenangan kita rangkai bersama . . .
            Keceriaan, kesedihan, dan semangat kita lalui tanpa kata henti . . .
            Dan kini tidak ada pilihn lain . . .
            Selain tetap tegak berdiri dengan kedua kaki meski pun tak ada bapak 
            di barisan terdepan . . . .

~ Bapak . . .
Bukan maksud kami membebani bapak dengan air mata ini . . .
Tapi jujur kami sedih ketika bapak harus pergi di tengah perjuangan kami . . .
Terima kasih atas jasa bapak selama ini . . .
Terima kasih atas cucuran keringat bapak selama ini . . .
Maaf, jika selama ini kita pernah membuat bapak marah, membuat bapak bersedih bahkan kecewa . . .

~ Ketika perpisahan ini harus terjadi . . .
Kami coba untuk tidak menyalahkan keadaan . . .
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan . . .
Dan saat ini kita hanya bisa menghadapi, menyaksikan lambaian tangan bapak
Kami yakin ini yang terbaik . . .
Disaat kita sudah ikhlas, kita pasrah, Allah pasti akan kasih kita jalan yang jauh lebih baik dari pada yang sebelumnya . . .
Bila ada pertemuan yang berakhir, maka akan ada sebuah pertemuAan baru yang dimulai. Sebuah perjuangan baru, jalan yang baru . . .


            ~ Kita semua berharap dan berdo’a jalan ini 
               yang akan menuntun bapak menjadi sosok yang lebih sabar, 
               yang lebih bijaksana, sosok yang tak pernah surut semangatnya, 
               sosok yang lebih sukses dan pribadi yang lebih dekat lagi 
               dengan sang pencipta . . .
               Kami rela menukar air mata ini hingga kering demi kebahagiaan bapak . . .
               Bahkan tak akan sebanding dengan semua perjuangan bapak . . .
               Kami bersyukur karena kita masih menghirup udara yang sama,
               masih bisa melihat indahnya pagi di satu suasana yang sama . . .
               Meski jarak membentang . . .
               Hingga nafas ini tak lagi terdengar desisnya bapak tetap 
               yang kami banggakan dan ikatan persaudaran ini tak akan pupus 
               di terpa waktu . . .



{ Puisi ini ditujukan kepada bapak “Drs.Herman Junaidi,MM {
{ Dalam Rangka Perpisahan kepala sekolah{




Tidak ada komentar: