~Seakan
baru kemarin kita bisa mendengar kicauan burung bersama . . .
Seakan
baru kemarin kita rasakan setetes embun pagi di satu tapakan yang sama . . .
Dan
seakan baru kemarin kita nikmati rintikan hujan di satu naungan yang sama . . .
~ Hari ini semua seakan hilang . . .
Awan tak bergeming menyaksikan derai
air mata kita . . .
Burung-burung pun ikut murung hilang
di telan bumi,
tak menampakkan kicauan indahnya . . .
tak menampakkan kicauan indahnya . . .
Tak bisa ku lukiskan bagaimana
perasan ini ketika harus melepas
Bapak
. . .
1095 hari kenangan demi kenangan
kita rangkai bersama . . .
Keceriaan, kesedihan, dan semangat
kita lalui tanpa kata henti . . .
Dan kini tidak ada pilihn lain . . .
Selain tetap tegak berdiri dengan
kedua kaki meski pun tak ada bapak
di barisan terdepan . . . .
di barisan terdepan . . . .
~
Bapak . . .
Bukan
maksud kami membebani bapak dengan air mata ini . . .
Tapi
jujur kami sedih ketika bapak harus pergi di tengah perjuangan kami . . .
Terima
kasih atas jasa bapak selama ini . . .
Terima
kasih atas cucuran keringat bapak selama ini . . .
Maaf,
jika selama ini kita pernah membuat bapak marah, membuat bapak bersedih bahkan
kecewa . . .
~
Ketika perpisahan ini harus terjadi . . .
Kami
coba untuk tidak menyalahkan keadaan . . .
Setiap
pertemuan pasti ada perpisahan . . .
Dan
saat ini kita hanya bisa menghadapi, menyaksikan lambaian tangan bapak
Kami
yakin ini yang terbaik . . .
Disaat kita sudah ikhlas, kita
pasrah, Allah pasti akan kasih kita jalan yang jauh lebih baik dari pada yang
sebelumnya . . .
Bila ada pertemuan yang berakhir, maka akan
ada sebuah pertemuAan baru yang dimulai. Sebuah perjuangan baru, jalan yang baru
. . .
~ Kita semua berharap dan berdo’a jalan ini
yang akan menuntun bapak menjadi sosok yang lebih sabar,
yang lebih bijaksana, sosok yang tak pernah surut semangatnya,
sosok yang lebih sukses dan pribadi yang lebih dekat lagi
dengan sang pencipta . . .
yang akan menuntun bapak menjadi sosok yang lebih sabar,
yang lebih bijaksana, sosok yang tak pernah surut semangatnya,
sosok yang lebih sukses dan pribadi yang lebih dekat lagi
dengan sang pencipta . . .
Kami rela menukar
air mata ini hingga kering demi kebahagiaan bapak . . .
Bahkan tak akan sebanding dengan semua perjuangan bapak . . .
Kami bersyukur karena kita masih
menghirup udara yang sama,
masih bisa melihat indahnya pagi di satu suasana yang sama . . .
masih bisa melihat indahnya pagi di satu suasana yang sama . . .
Meski jarak membentang . . .
Hingga nafas ini tak lagi terdengar
desisnya bapak tetap
yang kami banggakan dan ikatan persaudaran ini tak akan pupus
di terpa waktu . . .
yang kami banggakan dan ikatan persaudaran ini tak akan pupus
di terpa waktu . . .
{
Puisi ini ditujukan kepada bapak “Drs.Herman Junaidi,MM {
{
Dalam Rangka Perpisahan kepala sekolah{
Tidak ada komentar:
Posting Komentar